Disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV), ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi oportunistik dan keganasan, dan degenerasi susunan saraf pusat.

Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel sistem imun termasuk sel T CD4+, makrofag dan sel dendritik.

Diagnosis AIDS  Bila seseorang mengalami infeksi oportunistik, dimana menunjukkan adanya immunodefisiensi ( sel T ≤ 200/mm3 darah) dan menunjukan adanya antibodi yang positif terhadap HIV.



Sering berhubungan dengan :
 Dementia yang progresif
 Wasting syndrome
 Kaposis sarcoma
 Kanker

Insiden ;
 Kecenderungan berkembang pada masa datang
 Terjadinya mutasi sel yang dipengaruhi oleh virus.
 Mulai berkembang thn.1981
 Dilaporkan  AS 1994 terdapat 441.528, 270.870 kematian (dewasa, remaja dan anak-anak),
 Angka kematian meningkat sangat tinggi.
 90 % mengalami kondisi penyakit semakin berat dan meninggal dalam 4 tahun setelah didiagnosa AIDS
 Insiden infeksi meningkat tajam pada wanita.

Faktor Risiko :
 Pria dengan homoseksual
 Pria dengan biseksual
 Penggunaan IV drug
 Transfusi
 Pasangan heteroseksual dengan pasien infeksi HIV
 Anak yang lahir dengan ibu yang terinfeksi

Diketahui bahwa virus dibawa dalam limfosit yang terdapat pada sperma memasuki tubuh melalui mukosa yang rusak.
Melalui ASI kepada bayi
Kerusakan permukaan kulit.

Pathatofisiologi :

Virus menginfeksi limfosit T4,dan monosit.

 Partikel2 HIV bebas yang dilepas dari sel yang terinfeksi dapat berikatan dengan sel lain yang tidak terinfeksi.

 Segera setelah masuk kedalam sel, enzim dalam komplek nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi

 Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi

 Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebaran HIV dalam jaringan limfoid fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk kedalam kelenjar getah bening.

 Setelah berada dalam kelenjar getah bening, sel denritik meneruskan virus keda sel T melalui kontak antar sel

 Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan mengakibatkan Viremia. Pada saat itu julah virus dalam dalam darah
 infeksi akut.

 Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dalam dalam jaringan limfoid perifer.

 Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi yang tampak dari menurunnya kadar viremia.

 Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus fase laten.

 Dekstruksi sel T dalam jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun. (jumlah sel T dalam jaringan limfoid 90 % dari jumlah sel T diseluruh tubuh).

 Selama masa kronik progresif, respon immun terhadap infeksi lain akan merangsang produksi HIV dan mempercepat dekstruksi sel T. Selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS.

 Viremia meningkat drastis karena replikasi virus dii bagian lain dalam tubuh meningkat pasien menderita infeksi oprtunistik, cachexia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat.

 Kehilangan linfosit Th menyebabkan pasien peka terhadap berbagai jenis infeksi dan menunjukkan respon immun yang inefektif terhadap virus onkogenik.

 Masa inkubasi diperkirakan bervariasi  2 – 5 tahun.

 Belum terbukti bahwa semua orang yang terinfeksi HIV (Positif) akan menderita AIDS.

 Riset  43 % pria homoseksual dengan serologis positif berkembang menjadi AIDS.
Manifestasi Klinik :
 Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem sistem organ.

 Peneumonia disebabkan oleh protozoa Pneumocystis Carinii yang oportunistik (paling sering ditemukan pada AIDS)  sangat jarang mempengaruhi orang sehat. Gejala : sesak nafas, batuk-batuk, nyeri dada, demam tidak teratasi dapat gagal nafas(hipoksemia berat, sianosis, takipnea dan perubahan status mental).

 Gagal nafas dapat timbul setelah 2 – 3 hari.
 TBC
 Nafsu makan menurun, mual, muntah
 Diare merupakan masalah pada klien AIDS  50%-90%
 Kandidiasis oral  infeksi jamur (hampir terdapat secara universal) : bercak2 putih dalam rongga mulut. tidak diobati dapat ke esofagus dan lambung.
 Wasting syndrome  penurunan BB /kaheksia(manulnitri akibat peny.kronis , diare, anoreksia, malabsorpsi gastrointestinal)
 Kanker : Klien AIDS insiden lebih tinggi mungkin adanya stimulasi HIV terhadap sel-sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dengan defisiensi kekebalan,  mengubah sel yang rentan menjadi sel maligna.

 Sarcoma Kaposis  kelainan maligna berhubungan dengan HIV (Paling sering ditemukan)  peny. Yang melibatkan an endotel pemb.darah dan limfe. Secara khas ditemukan sebagai lesi pada kulit dibagian tungkai terutama pada pria. Peny. Ini berjalan lambat dan mudah diobati lokasi dan ukuran lesi dapat menyebabkan statis aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak integritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta keteranan terhadap infeksi.

 Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kelaianan neurologis gangguan pada saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf mencakup inflamasi, atrofi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.

 Herpes Zoster penbentukan vesikel yang nyeri pada kulit.
 Dermatitis seboreika ruam yang difuse, bersisik yang mengenai kulit kepala dan wajah.
 Folikulitis yang menyeluruh diserta kulit kering dan mengelupas.
 Pada wanita ; Kandidiasis vagina  dapat merupakan tanda pertama yang menunjukkan HIV pada wanita.

Intervensi Medik :
 Pengobatan pada infeksi umum
 Penatalaksanaan diare
 Penatalaksanaan wasting syndrome nutrisi yang adekuat.
 Penanganan keganasan Sarcoma kaposis  terapi lokal.
 Terapi antiretrovirus
 Inhibitor Protease  menghambat kerja enzim protease yang dibutuhkan untuk replika virus HIV.
 Immunomudulator  menghambat pertumbuhan virus dan memulihkan sistem immun.
 Vaksin --. Vaksi yang memicu produk antibodi dalam upaya menghancurkan mikroorganisme penyerang (vaksin terhadap virus HIV).

 Terapi alternatif : terapi psiritual/psikologis, terapi nutrisi, terapi obat tradisonal, terapi tenaga fisik dan akupuntur akupresur, terapi massage, refleksologi, terapi sentuhan, yoga.


ads ads