RETARDASI MENTAL



Pengertian :
Retardasi mental adalah suatu keadaan dimana taraf perkembangan kecerdasan di bawah normal, Seorang anak dikatakan mengalami kondisi mental retardasi berdasarkan angka IQ, yaitu angka intelegensia umur kronologis yang dibandingkan intelegensia umur yang normal pada waktu bersangkutan.
Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental,
a. Primer
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor Genetik (keturunan) dan simpleks atau penyebabnya tidak diketahui.


b. Sekunder
Adalah factor luar yang berpengaruh terhadap otak pada masa konsepsi ketika masih dalam kandungan. misalnya faktor cedera yang terjadi didalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi cedera pada saat kelahiran (persalinan), infeksi jaringan otak, keracunan kehamilan, ruda paksa sebelum lahir, serta gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi.
c. Ada teori lain, menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan fungsi kelenjar internal dari sang ibu selama terjadinya kehamilan, dan hal ini belum diketahui secara lengkap mekanismenya.
DETEKSI DINI TERHADAP PENDERITA RETARDASI MENTAL
Dewasa ini anak-anak penderita retardasi mental mulai dapat dideteksi
semenjak usia 3-4 tahun atau sesudah dilakukan evaluasi dengan test
Kecerdasan Intelektual (IQ). Adapun test IQ yang ada saat ini hanya
diperuntukkan bagi anak yang berusia di atas usia 3 tahun. Sampai
sekarang belum ditemukan metode pengukuran IQ bagi anak-anak berusia di
bawah 3 tahun. Jika anak-anak penderita retardasi mental dapat
dideteksi sebelum berusia 3 tahun, rehabilitasi dapat dilakukan sedini
mungkin sebelum otak berkembang sempurna Sehingga kemungkinan untuk
pulih akan semakin besar dan kemampuan anakpun akan dapat ditingkatkan.
Riset ini bertujuan mendeteksi anak-anak penderita retardasi mental
pada usia 6 hingga 12 bulan dengan menganalisa ekspresi wajah mereka
setelah diperlihatkan foto-foto tertentu. Metode dilakukan dengan
menganalisa pada ekspresi wajah anak-anak, lalu mengkategorikan
anak-anak yang memiliki otak yang dapat bereaksi normal dan anak-anak
yang memiliki masalah dalam menangkap informasi tertentu yang datang ke
otak. Juga dilakukan evaluasi terhadap efektifitas otak anak dengan
menghitung waktu respon yang timbul setelah anak melihat gambar-gambar
foto tertentu. Semakin pendek waktu respon yang timbul semakin cepat
kerja otak dalam mengolah informasi yang masuk. Sebaliknya semakin
panjang waktu respon yang ada terdapat kemungkinan otak mempunyai
masalah dalam mengolah suatu informasi.
Sebagai obyek, 20 orang anak-anak Jepang yang terdiri dari 10 anak-anak
laki-laki dan 10 anak-anak perempuan. Usia berkisar antara 6 bulan
hingga 12 bulan. Gambar Foto Wajah dipilih 12 gambar foto wajah
tertentu yang berukuran 512 x 512 pixel. Ke-12 gambar foto tersebut
terdiri dari 4 foto dari ibu anak (Mother), 4 foto dari wanita yang
tidak dikenal anak (Unknown Woman), dan 4 foto lagi dari gabungan
(Combination) wajah ibu dan wanita yang tidak dikenal anak tersebut.
Kategori ekspresi wajah terdiri dari kategori positif yaitu wajah tanpa
ekspresi (expressionless) dan wajah dengan ekspresi senang (Smile
Face). Adapun kategori negatif adalah wajah dengan ekspresi marah
(Anger Face) dan wajah dengan ekspresi terkejut (Surprise Face). Metode
Percobaan yang dilakukan adalah Pertama, mendudukan obyek pada pangkuan
ibunya yang duduk di depan layar monitor. Kemudian kami tampilkan
gambar feedback dari obyek (feedback image) agar obyek dapat memusatkan
perhatiannya pada layar monitor. Setelah perhatian obyek terpusat pada
layar monitor, kami akan menampilkan foto wajah (Face Picture Image)
selama 3 detik. Setelah foto wajah hilang dari layar monitor kembali
akan tampak gambar feedback dari obyek(Feedback Image). Percobaan ini
diulang selama 24 kali.
Selama percobaan berlangsung obyek terus di rekam dengan menggunakan
kamera video yang mana rekaman ini akan digunakan pada proses analisa.
Pada percobaan ini dilakukan 2 analisa sebagai berikut:
Analisa pada ekspresi wajah berdasarkan pada gerakan dasar otot wajah
(aksi satuan unit) dengan sintesis pada gerakan yang timbul di alis,
mata, pipi dan mulut. Analisa pada perhitungan waktu yang timbul sejak
melihat gambar hingga timbul perubahan ekspresi pada wajah ( waktu
respon).
Dari hasil analisa yang pertama, dapat di dikategorikan dan dipisahkan
anak-anak yang memiliki otak yang dapat bekerja dengan normal dengan
anak-anak yang memiliki masalah dalam mengamati ekspresi wajah
seseorang. Data-data yang ada pada analisa ini menunjukkan bahwa dengan
memperlihatkan gambar foto wajah yang bermacam-macam dan juga yang
memiliki ekspresi wajah yang berlainan ekspresi yang timbul pada wajah
anak juga berlainan. Kemudian dari analisa yang kedua, dapat dievaluasi
efektifitas dari otak dengan melakukan pengukuran pada waktu respon.
Yang mana semakin pendek waktu respon menunjukkan semakin baik otak
bekerja dalam menerima informasi. Adapun panjangnya waktu respon ini
juga dipengaruhi oleh macam gambar foto dan bentuk ekspresi wajah yang
dilihat. Dari hasil risetini disimpulkan bahwa anak-anak mudah
menangkap pesan atau informasi yang tersirat pada wajah dari sumber
yang mereka kenal seperti dari ibu mereka dibandingkan dari sumber yang
asing bagi mereka. Juga disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dan
umur juga mempengaruhi ekspresi wajah yang muncul dan juga waktu
respon. Berdasarkan hasil riset ini. disarankan agar aksi satuan unit
pada gerakan dasar otot wajahdan waktu respon dapat dipakai sebagai
acuan pengukuran semacam parameter pada test IQ yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kecerdasan intelektual anak. Akhirnya, dengan
menginstal acuan pengukuran pada jaringan komputer diharapkan agar
setiap ibu memiliki kesempatan untuk mengukur tingkat kecerdasan
intelektual dari anak-anak mereka. (Deteksi Terhadap Anak-Anak Penderita Retardasi Mental Dengan Melakukan Analisa Pada Ekspresi Wajah Article Abstract, Author : Rini Pura Kirana; Akihiko Sugiura)
Berapa IQ yang normal.

Angka IQ yang normal pada umumnya berkisar diantara 90 s/d 120, sedang diatas angka IQ diatas 120, dinyatakan sebagai angka diatas rata-rata. Sedangkan angka diatas IQ diantara 70 s/d 89 merupakan kelompok yang border line (tidak rata-rata, juga tidak dibawahnya.) Karena bila angkanya dibawah 69 sampai 50 maka kelompok ini dinyatakan sebagai kelompok mental retardasi yang ringan.
Dalam kelompok yang mental retardasi yang ringan ini mereka berada dalam taraf pemahaman penggunaan bahasa cenderung terlambat, termasuk kemampuannya dalam berbicara yang resmi, sehingga akan mengganggu kemandiriannya.
Mereka yang menjadi kelompok dengan IQ sebesar 35 -s/d 49 dikelompokkan dalam mental retardasi yang sedang. Biasanya mereka menunjukkan penampilan kemampuan yang tidak sesuai, dimana tingkat perkembangan bahasa bervariasi ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, ada pula yang tidak. Ada pula yang tidak pernah mampu untuk belajar mempergunakan bahasa, meskipun mungkin mereka dapat mengerti intruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan. Kelompok ini juga sering disebut dengan kelompok imbesil.
Pada mental mental retardasi berat umumnya angka IQ ini berkisar antara 20-s/d 34, dimana dalam kategori ini pada umumnya mirip dengan mental retardasi sedang dalam gambaran klinisnya, namun prestasi yang diperlihatkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan mental retardasi sedang.
Kebanykan penyandang mental retardasi ini menderita hendaya motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya dan kondisi yang seperti ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.
Bila IQ nya dibawah 20 maka kondisi ini praktis berati penyandang yang bersangkutan sangat terbatas kemampuannya, untuk memahami atau memenuhi intruksi yang diberikan. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya. Hanya mampu berkomonikasi nonverbal yang belum sempurna, Mereka hampir-hampir tidak mempunyai kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri akan kebutuhan dasarnya, dan mereka senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan. Kelompok ini disebut juga dengan idiot, yang mana pemahaman serta penggunaan bahasa sangat terbatas, paling-paling hanya mengerti perintahdasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Suatu etiologi organik dapat terjadi pada semua gangguan idiot ini, dan biasanya disertai dengan stabilitas neurologis dan fisik lainnya yang berat yang mempengaruhi mobilitas. Dari kesemuanya ini, mental retardasi diagnosisnya dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual yang baku, serta pengukuran fungsi adaptif, yang menunjukkan bahwa perilaku anak pada saat sekarang ini adalah secara bermakna dibawah tingkat yang diharapkan. Diagnosis sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat penyakit dan wawancara psikiatrik berguna untuk mendapatkan gambaran longitudinal perkembangan dan fungsi si-anak. (Ayub Sani Ibrahim Guru Besar Ilmu Kesehatan Jiwa)
REFERENSI :

Disadur dari http://www.shvoong.com, deteksi-terhadap-anak-anak-penderita retardasi mental

http://www.pelita.or.id. Mental Retardasi permasalahan yang cukup pelik




ads ads